30 Maret 2012

ANAK KUCING MBIRING


   Kune nina moria, lit me nina sada turi-turin anak kucing; nandenan mbiring kal rupana. Anak kucing e rusur kurang mejile akapna nandena, perbahan nandena e mbiring kal rupana. E maka isambarina me atena nandena.
Youtube: https://youtube.com/@Lagu_Karo_366

Lawes me ia ndahi matawari nina: “O matawari, aku kam kal ateku kubahan jadi nandengku, sebab kam terang kal rupandu.” Reh nina matawri ngaloisa: “O anak kucing, kami matawari enda pe suah kal akap kami. Sebap adi reh embun, minter kal bene terang kami e, itutupina kami, gelap minter.”

Kenca bage lawes ka me anak kucing e ndahi embun nina mindo: “O embun, aku kam kal ateku kubahan jadi nandengku, sebap matawari pe banci italukendu.” Reh nina embun e ngaloisa: “Labo bage, o anak kucing! Kami pe gulut nge akap kami, sebap reh kenca angin, iembusna kami, minter mistak kami.”

Kenca bage lawes ka me anak kucing e ndahi angin, nina mindo: “O angin, aku kusambari ateku nandengku: kam kal ateku jadi nandengku.” Ngaloi ka angin, nina: “O anak kucing, labo bagi katandu e, kami angin enda pe mesui nge ate kami, sebap adi rembus kenca kami minter itombeng deleng.”

Lawes ka me anak kucing e ndahi deleng, nina: “O deleng, aku kam kal ateku kubahan jadi nandengku, sebap angin pe banci italuken kam.” Ngaloi deleng nina: “Labo bagi katandu e, o anak kucing. Kami deleng-deleng pe lit nge sinanggel kami, sebap keri meruhruh daging kami ikuruki menci.”

E maka lawes ka anak kucing e ndahi menci, nina: “O menci, kam kal ateku kubahan jadi nandengku, sebap deleng-deleng pe talu nge ibahan kam.” Ngaloi menci nina: “Labo bagi katandu ena, kami ras anak-anak kami itangkap kucing mbiring ah!”



Kenca bage maka lawes me anak kucing ndai ndahi kucing mbiring e
janahna kiam lanai tehna tumburen.





(eme nandena ndube) janah nina ibas ukurna: “Nande nge kepe maka nande.”
 
Youtube: https://youtube.com/@Lagu_Karo_366







Salah Aku  Nande.....

Sumber: Turikenlah NANDE NGE MAKA NANDE,
Nurliamin Ukur Muli br Pinem ras Pdt. Dr.E.P.Gintings (Penyunting).


Berita Terkait :

·        Asal Usul Masyarakat Karo
·        Putri Hijau 
·        Asal Usul Nama Gunung Sibayak 
·        Asal Mula Danau Lau Kawar 
·        Sejarah Sibayak Lingga 

SI BERU DAYANG (ASAL MULA PADI)



Si Beru Dayang adalah istilah masyarakat Tanah Karo, Sumatera Utara, untuk menyebut nama tanaman padi. Konon, padi atau beras yang kini menjadi makanan pokok masyarakat Tanah Karo merupakan penjelmaan seorang anak laki-laki yang bernama Si Beru Dayang. Bagaimana Si Beru Dayang dapat menjelma menjadi tanaman padi? Ikuti kisahnya dalam cerita Si Beru Dayang berikut ini!


Alkisah, di Tanah Karo, Sumatera Utara, Indonesia, berdiri sebuah negeri yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Saat itu, penduduk negeri itu belum mengenal tanaman padi. Makanan pokok mereka adalah buah kayu yang banyak terdapat di sekitar mereka. Meski hanya menggantungkan hidup pada buah kayu tersebut mereka dapat hidup makmur dan sejahtera.

Suatu ketika, kemarau panjang melanda negeri tersebut sehingga pepohonan yang baru saja mulai berbuah menjadi layu. Malapetaka itu pun menyebabkan seluruh penduduk negeri menderita kelaparan. Tubuh mereka tampak lemah dan kurus karena kekurangan makanan. Di antara penduduk tersebut tampak seorang anak laki-laki yang sudah yatim bernama si Beru Dayang sedang menangis di pangkuan ibunya. Tubuh bocah itu kurus kering dan wajahnya sangat pucat. Bocah itu kemudian merengek-rengek minta makan kepada ibunya.

“Ibu, aku lapar... Aku mau makan Bu,” rengek anak itu.

Tangisan si Beru Dayang benar-benar menyayat hati ibunya. Namun, sang ibu tak dapat menolongnya. Ia hanya bisa meneteskan air mata sambil merangkul anak semata wayangnya. Semakin lama tubuh si Beru Dayang semakin lemas hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di dalam pangkuan sang ibu. Melihat anaknya tidak bernyawa lagi, sang ibu seketika menangis histeris.

“Anakku, jangan tinggalkan Ibu nak!” tangis sang ibu sambil merangkul erat anaknya.

Para warga yang mengetahui hal itu segera mengubur si Beru Dayang di makam perkampungan. Sejak kepergian anaknya, kesedihan sang ibu semakin bertambah karena hidupnya semakin sepi. Orang-orang yang ia cintai dan sayangi semuanya telah pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

“Tidak ada lagi gunanya aku hidup di dunia ini. Semua yang aku miliki telah sirna,” kata ibu itu dengan putus asa.

Ibu si Beru Dayang pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Dengan tubuh yang lemah, ia berjalan menuju ke sungai yang berada di ujung kampung. Setiba di tepi sungai, ia berdoa kepada Dewata agar segera merenggut nyawanya.

“Ya, Dewata Yang Maha Agung! Hilangkanlah kesedihan dan nestapa hamba untuk selamanya!” pinta ibu itu.

Usai berucap demikian, ibu si Beru Dayang langsung terjun ke dalam sungai yang dalam. Sungguh ajaib, begitu tubuhnya menyentuh air, tiba-tiba ia menjelma menjadi seekor ikan. Tak seorang pun warga yang menyaksikan peristiwa ajaib itu karena mereka semua hanya memperdulikan diri sendiri yaitu bergelut melawan rasa lapar.

Sudah beberapa bulan telah berlalu, namun musim kemarau belum juga berakhir. Semua tumbuh-tumbuhan telah mengering bagaikan habis terbakar. Korban pun semakin banyak yang berjatuhan. Hampir setiap hari terdengar isak tangis kematian yang memilukan di negeri itu.

Sementara itu, warga yang masih kuat bertahan berupaya mencari makanan untuk sekadar pangganjal perut. Di tengah padang yang kering kerontang tampak dua orang anak kecil sedang mengais-ngais tanah untuk mencari umbi-umbian. Setelah beberapa saat mengais tanah, salah seorang dari mereka menemukan buah berbentuk bulat sebesar buah labu.

“Hai, lihat! Buah apa yang aku temukan ini?” tanya salah seorang dari anak itu.

Anak yang satunya segera mendekati temannya. Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala setelah mengamati buat itu pertanda tidak tahu karena ia sendiri belum pernah melihat buah seperti itu.


 Akhirnya, kedua anak tersebut membawa pulang buah itu untuk ditunjukkan kepada orang tua mereka. Ternyata orang tua mereka juga tidak tahu mengenai buah itu karena baru kali itu melihatnya. Penemuan buah yang asing oleh kedua anak tersebut membuat gempar seluruh penduduk negeri. Sang Raja yang mendapat laporan dari salah seorang warga pun berkenan datang untuk melihatnya. Saat raja dan para penduduk berkumpul melihat buah itu, tiba-tiba terdengar suara dari angkasa.

“Wahai penduduk negeri! Buah yang ada di hadapan kalian adalah penjelmaan seorang anak laki-laki kecil yang bernama Si Beru Dayang. Potong-potonglah buah itu hingga halus dan kemudian tanamlah hingga tumbuh menjadi subur. Jika buah penjelmaan Si Beru Dayang itu kalian pelihara dengan baik, kelak akan berbuah dan menjadi makanan kalian. Anak itu sangat merindukan ibunya. Pertemukanlah ia dengan ibunya yang telah menjelma menjadi ikan di sungai! Niscaya kalian tidak akan kelaparan lagi,” ujar suara ajaib itu.

Tanpa berpikir panjang, sang raja segera memerintahkan rakyatnya untuk melaksanakan semua pesan yang disampaikan oleh suara itu. Para warga pun segera memotong-motong buah itu hingga halus, kemudian mereka tanam dan rawat dengan baik. Bersamaan dengan itu, kemarau pun berakhir. Hujan deras pun mulai turun sehingga potongan-potongan buah itu tumbuh dengan subur menjadi tanaman yang menyerupai rumput.

Dua bulan kemudian, tamanan itu berbunga dan berbuah. Buahnya berbulir atau bergerombol dalam setiap tangkai. Setelah genap tiga bulan, buah tanaman itu pun menguning dan siap untuk dipanen. Sang raja bersama seluruh rakyatnya pun segera memanen buah itu dengan suka ria. Setelah dipanen, buah itu kemudian mereka jemur dan tumbuk untuk memisahkan kulit dengan isinya. Isinya itulah kemudian mereka masak dan cicipi bersama-sama.

“Hmmm... rasanya enak dan gurih,” kata sang raja setelah mencicipi masakan itu.

Sejak itulah, penduduk Tanah Karo membibit dan memelihara tanaman yang kemudian mereka sebut Beru Dayang. Makanan pokok mereka yang semula dari buah kayu pun beralih ke Beru Dayang. Untuk mempertemukan Si Beru Dayang dengan ibunya, masyarakat Tanah Karo menyantap makanan itu bersama dengan ikan yang dipercaya sebagai penjelmaan dari ibu Beru Dayang.

Ternyata, buah tanaman yang sering mereka sebut Beru Dayang itu adalah padi. Meski demikian, masyarakat Tanah Karo tetap menyebut buah padi itu dengan istilah Beru Dayang. Bahkan, mereka memiliki beberapa nama untuk menyebut Beru Dayang tersebut seperti si Beru Dayang Merengget-engget yaitu ketika tanaman padi masih berumur enam hari, dan si Beru Dayang Meleduk yakni ketika tanaman padi sudah berumur satu bulan.

* * *
Demikian cerita Si Beru Dayang dari daerah Tanah Karo yang mengisahkan tentang asal mula padi. Cerita di atas termasuk kategori legenda yang di dalamnya terkandung pesan-pesan moral. Salah satunya adalah pentingnya sikap saling kerjasama dalam mengatasi masalah. Hal ini terlihat pada sikap dan perilaku sang raja dan para warganya bersama-sama untuk menanam dan merawat buah yang ditemukan oleh dua orang anak kecil itu. Berkat kerjasama tersebut, mereka pun terbebas dari bencana kelaparan

Bandingkan tulisan "the concept of female spirits and the movement of fertility in Karo Batak culture (Sumatra)"
Source: Asian Folklore Studies
Publication Date: 10/01/1997
Author: Goes, Beatriz van der
COPYRIGHT 1997 Asian Folklore Studies

Berita Terkait:

·        Asal Usul Masyarakat Karo
·        Putri Hijau 
·        Asal Usul Nama Gunung Sibayak 
·        Asal Mula Danau Lau Kawar 
·        Sejarah Sibayak Lingga 

BERU GINTING SOPE MBELIN


Di daerah Urung Galuh Simale ada sepasang suami istri, yaitu Ginting Mergana dan Beru Sembiring. Mereka hidup bertani dan dalam kesusahan. Anak mereka hanya seorang, anak wanita, yang bernama Beru Ginting Sope Mbelin.
Untuk memperbaiki kehidupan keluarga maka Ginting Mergana mendirikan perjudian yaitu “judi rampah” dan dia  mengutip cukai dari para penjudi untuk mendapatkan uang. Lama kelamaan upayanya ini memang berhasil.

   Keberhasilan Ginting Mergana ini menimbulkan cemburu adik kandungnya sendiri. Adik kandungnya ini justru  meracuni Ginting Mergana sehingga sakit keras. Akhirnya meninggal dunia. Melaratlah hidup Beru Ginting  Sope Mbelin bersama Beru Sembiring. Empat hari setelah kematian Ginting Mergana, menyusul pula beru Sembiring meninggal. Maka jadilah Beru Ginting  sope Mbelin benar-benar anak yatim piatu, tiada berayah tiada beribu. Beru Ginting Sope Mbelin pun tinggal dan hidup bersama pakcik dan makciknya. Anak ini diperlakukan dengan sangat kejam, selalu dicaci-maki walaupun sebenarnya pekerjaannya semua berres. Pakciknya berupaya memperoleh semua harta pusaka ayah Beru Ginting Sope Mbelin, tetapi ternyata tidak berhasil. Segala siasat dan tipu muslihat pakciknya bersama konco-konconya dapat ditangkis oleh Beru Ginting Sope Mbelin.

   Ada-ada saja upaya dibuat oleh makcik dan pakciknya untuk mencari kesalahan Beru Ginting Sope Mbelin, bisalnya menumbuk padi yang berbakul-bakul, mengambil kayu api berikat-ikat dengan parang yang majal, dll. Walau Beru Ginting Sope Mbelin dapat mengerjakannya dengan baik dan cepat – karena selalu dibantu oleh temannya Beru Sembiring Pandan toh dia tetap saja kena marah dan caci-maki oleh makcik dan pakciknya.
   Untuk mengambil hati makcik dan pakciknya, maka Beru Ginting Sope Mbelin membentuk “aron” atau “kerabat kerja tani gotong royong” yang beranggotakan empat orang, yaitu Beru Ginting Sope Mbelin, Beru Sembiring Pandan, Tarigan Mergana dan Karo Mergana. Niat jahat makcik dan pakciknya tidak padam-padamnya. Pakciknya menyuruh pamannya untuk menjual Beru Ginting Sope Mbelin ke tempat lain di luar tanah Urung Galuh Simale. Pamannya membawanya berjalan jauh untuk dijual kepada orang yang mau membelinya. Di tengah jalan Beru Ginting Sope Mbelin bertemu dengan Sibayak Kuala dan Sibayak Perbesi. Kedua Sibayak ini memberi kain kepada Beru Ginting Sope Mbelin sebagai tanda mata dan berdoa agar selamat di perjalanan dan dapat bertemu lagi kelak.

   Kemudian sampailah Beru Ginting Sope Mbelin bersama pamannya di Tanah Alas di kampung Kejurun Batu Mbulan dan diterima serta diperlakukan dengan baik oleh Tengku Kejurun Batu Mbulan secara adat. Selanjutnya sampailah Beru Ginting Sope Mbelin bersama pamannya di tepi pantai. Di pelabuhan itu sedang  berlabuh sebuah kapal dari negeri jauh. Nakhoda kapal itu sudah setuju membeli Beru Ginting Sope Mbelin dengan  harga 250 uang logam perak. Beru Ginting Sope Mbelin disuruh naik ke kapal untuk dibawa berlayar. Mesin kapal dihidupkan tetapi tidak jalan. Berulang kali begitu. Kalau Beru Ginting Sope Mbelin turun dari kapal, kapal itu dapat berjalan, tetapi kalau dia naik, kapal tidak dapat berjalan. Nakhoda akhirnya tidak jadi membeli Beru Ginting Sope Mbelin dan uang yang 250 perak itu pun tidak dimintanya kembali.

   Perjalanan pun dilanjutkan. Ditengah jalan, paman Beru Ginting Sope Mbelin pun melarikan diri pulang kembali ke kampung. Dia mengatakan bahwa Beru Ginting Sope Mbelin telah dijual dengan harga 250 perak serta menyerahkan uang itu kepada pakciknya Beru Ginting. Pakciknya percaya bahwa Beru Ginting telah terjual. Beru Ginting Sope Mbelin meneruskan perjalanan seorang diri tidak tahu arah tujuan entah ke mana, naik gunung  turun lembah. Pada suatu ketika dia bertemu dengan seekor induk harimau yang sedang mengajar anaknya. Anehnya harimau tidak mau memakan Beru Ginting Sope Mbelin, bahkan menolongnya menunjukkan jalan yang harus ditempuh.

Beru Ginting Sope Mbelin dalam petualangannya sampai pada sebuah gua yang dalam. Penghuni gua – yang bernama Nenek Uban – pun keluar menjumpainya. Nenek Uban ini pun tidak mau memakan Beru Ginting Sope Mbelin bahkan membantunya pula. Nenek tua ini mengetahui riwayat hidup keluarga dan pribadi Beru Ginting Sope Mbelin ini.

   Atas petunjuk Nenek Uban ini maka secara agak gaib Beru Ginting Sope Mbelin pun sampailah di tempat nenek Datuk Rubia Gande, yaitu seorang dukun besar atau “guru mbelin”. Sesampainya di sana, keluarlah nenek Datuk Rubia Gande serta berkata: “Mari cucu, mari, jangan menangis, jangan takut” dan Beru Ginting Sope Mbelin pun menceritakan segala riwayat hidupnya. Beru Ginting Sope Mbelin pun menjadi anak asuh nenek Datuk Rubia Gande. Beru Ginting pun sudah remaja dan rupa pun sungguh cantik pula. Konon kabarnya sudah ada jejaka yang ingin mempersuntingnya. 

Tetapi Beru Ginting Sope Mbelin tidak berani mengeluarkan isi hatinya karena yang memeliharanya adalah nenek Datuk Rubia Gande. Oleh karena itu kepada setiap jejaka yang datang dia berkata : “tanya saja pada nenek saya itu”. Dan neneknya pun berkata kepada setiap orang: “tanya saja pada cucu saya itu!”. Karena jawaban yang seperti itu jadinya orang bingung dan tak mau lagi datang melamar.Ternyata antara Beru Ginting Sope Mbelin dan nenek Datuk Gande terdapar rasa saling menghargai. Inilah sebabnya masing-masing memberi jawaban pada orang yang datang “tanya saja pada dia!” Akhirnya terdapat kata sepakat, bahwa Beru Ginting mau dikawinkan asal dengan pemuda/pria yang sependeritaan dengan dia. Neneknya pun setuju dengan hal itu.

    Akhirnya, nenek Datuk  Rubia Gande pun dapat memenuhi permintaan cucunya, dengan mempertemukan Beru Ginting Sope Mbelin dengan Karo Mergana penghulu Kacaribu, berkat bantuan burung Danggur Dawa-Dawa. Dan kedua insan ini pun dikawinkanlah oleh nenek Datuk Rubia Gande menjadi suami-istri.
Setelah beberapa hari, bermohonlah Karo Mergana kepada nenek Datuk Rubia Gande agar mereka diizinkan pulang ke tanah kelahiran Beru Ginting Sope Mbelin, karena begitulah keinginan cucunya Beru Ginting itu. Nenek Datuk Rubia Gande menyetujui usul itu serta merestui keberangkatan mereka. Berangkatlah Beru Ginting Sope Mbelin dengan suaminya Karo Mergana memulai perjalanan. Mereka berjalan beberapa lama mengikuti rute perjalanan Beru Ginting Sope Mbelin dulu waktu meninggalkan tanah urung Galuh Simale. Mereka singgah di kampung Kejurun Batu Mbulan, di pelabuhan di tepi pantai tempat berlabuh kapal nakhoda dulu, melalui simpang Perbesi dan Kuala bahkan berhenti sejenak di situ.

   Sampailah mereka di antara Perbesi dan Kuala. Anehnya, di sana mereka pun berjumpa pula dengan Sibayak Kuala dan Sibayak Perbesi. Kedua Sibayak ini sangat bergembira karena dulu mereka pernah memberi kain masing-masing sehelai kepada Beru Ginting Sope Mbelin yang sangat menderita berhati sedih pada waktu itu, dan kini mereka dapat pula bertemu dengan Beru Ginting Sope Mbelin bersama suaminya Karo Mergana. Jadinya, Beru Ginting Sope Mbelin bersama suaminya Karo Mergana, bermalam pula beberapa lama di Kuala dan Perbesi atas undangan kedua sibayak tersebut. Dan disediakan pula pengiring yang mengantarkan Beru Ginting Sope Mbelin bersama Karo Mergana ke tanah Urung Galuh Simale. Semuanya telah diatur dengan baik: perangkat gendang yang lengkap, makanan yang cukup bahkan banyak sekali. Pendeknya, Beru Ginting Sope Mbelin bersama suaminya diantar dengan upacara yang meriah atas anjuran dan prakarsa Sibayak Kuala dan Sibayak Perbesi yang bijaksana dan baik hati.

   Ternyata pakcik Beru Ginting Sope Mbelin dulu – yang juga seorang dukun – mempunyai firasat yang kurang baik terhdapa dirinya. Oleh karena itu pada saat tibanya Beru Ginting Sope Mbelin di kampungnya, pakciknya itu sekeluarga menyembunyikan diri di atas para-para rumah. Akan tetapi akhrinya diketahui juga oleh Beru Ginting Sope Mbelin. Pakcik dan makcik Beru Ginting Sope Mbelin dibawa turun ke halaman untuk dijamu makan dan diberi pakaian baru oleh Beru Ginting Sope Mbelin. Pakcik dan makciknya itu sangat malu dan tidak mengira bahwa Beru Ginting Sope Mbelin akan pulang kembali ke kampung apalagi bersama suaminya pula yaitu Karo Mergana.
Berbagai bunyi-bunyian pun dimainkan, terutama sekali “gendang tradisional” Karo serta diiringi dengan tarian, antaralain:
  1. gendang si ngarak-ngaraki
  2. gendang perang si perangen
  3. gendan perang musuh
  4. gendang mulih-mulih
  5. gendang ujung perang
  6. gendang rakut
  7. gendang jumpa malem
  8. gendang morah-morah
  9. gendang tungo-tungko.
   Dan sebagai hukuman atas kekejaman dan kebusukan hati pakcik dan makciknya itu maka tubuh mereka ditanam sampai bahu masing-masing di beranda barat dan beranda timur, hanya kepalanya saja yang nampak. Kepala mereka itulah yang merupakan anak tangga yang harus diinjak kalau orang mau masuk dan keluar rumah adat. Itulah hukuman bagi orang yang tidak berperikemanusiaan yang berhati jahat terhadap saudara dan kakak serta anaknya sendiri.

Sumber: Alm. DR. Henry Guntur Tarigan
Yayasan Merga Silima


Cerita terkait:
·        Sejarah Sibayak Lingga 
·        Gertak Lau Biang 
·        Anak Kucing Mbiring

CINCIN PINTA PINTA

Dalam bahasa karo
Lit mekap nina turi-turin si adi. Kuta si tergelar Juma Raja, tersinget me kap kerna Pengulu Juma Raja si sehkel jagona erjudi, melala enggo harta i pepulungna perban menang rusur erjudi. Gia Pengulu e mbue hartana tapi la lit anak i pupus kemberahenna. Enggo ndekah Pengulu e ersura-sura gelah lit min anak i tengah-tengah jabuna, tapi aminna enggo gia bage lenga bo ibere Dibata sura-surana. Bas sada berngi ernipi me kemberahen, lanai ndekah nari lit anak ipupusna. Tuhu senang kel ukur kemberahen, pepagi warina ikatakenna nipina e man Pengulu. Tuhu kai sinipiken kemberahen sebab lanai ndekahsa, menuli kula kemberahen janah ipupusna me sada anak diberu si mejile kel rupana bali ras nandena.

Wari tande ku wari, bulan tande ku bulan, anak diberu e reh galangna. Tersinget me kap kerna Pengulu, talu rusur erjudi enggo keri kerina harta bas jabuna, utangna pe mbue. Perban talu rusur erjudi perangaina pe lanai bagi si gelgel. Anakna si tonggal rusur me irawaina, tempa-tempa perban anak e nge ia rusur talu erjudi. Perban talu rusur erjudi janah utang si belang-belang terpaksa Pengulu ras kemberahenna bagepe anakna lawes i kuta e nari itadingkenna kesain si mbelang. Sedakkel nge pusuh peraten kemberahen perban ulah perbulangenna tapi uga ibahan ia labo kap pang ngolang-ngolangi kebiasaan Pengulu erjudi. Enggo ndauh kalak enda erdalan, piga-piga kuta enggo terlewati, seh me Pengulu ras kemberahen bage pe anak e i tengah-tengah kerangen rimbun raya si seh kel angkerna, sebab labo pernah pang jelma reh ku je. Ipajekken Pengulu me sada sapo si kitik-kitik inganna tading, nakanna ibuatna bulung-bulung bagepe gadung garang si lit i kerangen e.

Bas sada wari ersura-sura Pengulu nadingken kemberahen ras anak i kerangen, la ngasup ia natap kemberahenna rusur tangis ngandung, bagepe anakna si tonggal. Bas sada berngi lawes me Pengulu erbuni-buni itadingkenna ndeharana ras anakna si sangana tunduh. Enggo kenca terang wari, medak me kemberahen ras anakna "Nande !" nina anak e. "Kai nakku ?" "Ija Bapa nande ?" "Eh… mungkin Bapandu ndarami nakanta nakku nina nandena." Ndekah itimai nande ras anak Pengulu mulih ku sapo maba pangan tapi si man timanken labo reh. Wari tande ku wari bulan tande ku bulan Pengulu lalap la multak-multak, tading me kemberahen ras anakna dua-dua i tengah-tengah kerangen rimbun raya. Ceda kel ukurna perban itadingken Pengulu, tangis bas pusuhna natap-natap anakna lanai erbapa. Piga-piga kali icubakenna nadingeken anakna sisada, tapi la ia ngasup nadingkensa. "Kuja naring pepagi percibal anakku, adi kutadingken sisada i tengah kerangen enda, terjelpa-jelpa sisada," nina pusuh peratenna.

Bas sada berngi sangan anakna tunduh laweska me nande e nadingken anak si tonggal. "Anakku, tading me kam i jenda sisada," nina kemberahen janah tangis iemana ayo anak e iluhna mamburen ku ayo anakna si sangana tunduh. Erdalan me kemberahen nadingekan buah barana nadingken pusuh peratenna si getem. Ndauh enggo itadingkenna sapo ingan anakna tunduh, la ndekahsa jumpa me ia sada batang kayu si galang, ibuatna perembah, atena ndelis me ije. Terang kenca wari medak me anak si tonggal, i idahna lanai lit nandena i sampingna. "Nande! Nande," nina ngelebuh , idaramina ku kenjahe idaramina ka ku kenjulu, tapi nandena la iidahna, tangis ia iluhna nurcuren.

"O nandeku! Engkai kel aku itadingkenndu!" "Sisada kel aku i tengah kerangen enda, kuja kel pepagi percibal anak melumang enda nandengku!" La gejap enggo ertahun-tahun anak e ndarami nandena, bas sada wari jumpa me ia sada batang kayu si sehkel galangna idahna bas sada dahan lit perembah erjuntai-juntai i terpang angin si lumang, ideherina dahan e, janah itandaina perembah e bekas perembah nandena si sangana ia i didong doahken. Teruh batang kayu e ijumpaina lit tulan-tulan. "Nandengku bagenda kepe jadina, lawes kel kam nadingken anak melumang terjelpa-jelpa cibal geluhna." Janahna tangis i pepulungna tulan-tulan e ibungkusna mejile jenari lawes ia ngisari kerangen si mbelang. La ndekahsa ijumpaina sada gua si seh kel angkerna, kubas me ia. Isiarina gua e alu mbiar reh ndekahna reh kubasna ka ia. La gejapna arah lebena nganga babah nipe si seh kel galangna, banci sada anak kerbau siat kubas.

"Andiko nande! mate naring sekalenda anak melumang" nina nggirgir. "Oh.. nini i panndu saja anak melumang enda, nggeluh pe terjelpa-jelpa, adi ipanndu banci nge aku jumpa ras nandengku si enggo nadingeken aku." Idudurkenna tanna ku babah nipe e, tapi la pan nipe e ia, kenca itarikna tanna mulihi maka enggo teridah bas jari manisna sada cincin si mejile. "O… kempu!" nina nipe e. "Ula kam mbiar, cincin ena gelarna cincin pinta-pinta, kai kari ipindondu banci nge iberekenna," nina nipe e.

Bas sada wari reh me ku kerangen e sekalak pemburu, melala beras ras pangan si deban ibabana, ijumpaina me gua si galang. Itadingkenna me beras e ije, jenari lawes ia erburu ku tengah kerangen simbelang. Anak melumang e pe tading ibas gua e, tapi ia tading terdauhen ku bas, maka ipindona me man cincin e beras gelah banci ia man, rempet me lit i lebe-lebena beras, bagepe pemburu enda lit datna buruanna mulih ka ia ku gua, lanai lit idahna beras si tadingkenna ndube. Bagem rusur tiap-tiap wari, adi ipindona beras maka bene me beras pemburu e. mamang ukurna uga maka tiap itadingkenna beras ije bene rusur.

Bas sada wari ndarat me anak melumang e i gua nari atena ndarami lau man inemen, rempet lit idahna sekalak jelma ije. "Ise nge ndia jelma enda arih," nina pusuhna. Pang naring ia ku jenda, labo pernah lit jelma pang ku kerangen simbelang enda. Pemburu pe la tanggung senggetna ngidah singuda-nguda e salu gugup ras mbiar isungkunina me singuda-nguda e, ras ise ia tading i kerangen simbelang si dem binatang buasna. Ituriken anak meluman ise ia uga makana ia tading sekalak i tengah kerangen e. sengget pemburu megi-megi ranan anak melumang.

"Adina bage agi! mari sitadingken kerangen enda." Lawes me pemburu ras anak melumang, itadingkenna gua inganna jumpa. La ndekahsa seh me kalak enda ku sada kuta, ije me pemburu tading. Enggo ndekah anak melumang tading ije, bas sada wari ersura-sura pemburu muat ia jadi kemberahenna. Sehka me pesta perjabun pemburu ras anak melumang. Seh kel nge riahna ukur kalak si enterem ngidah pengantin duana. Lit deba atena ngidah pengantin si diberu si mejile rupana. Sengget tua-tua entah pe nande-nadne ngidah ayo anak melumang perban pernah nge idahna ayo sibage jilena. Erkusik-kusik ia sapih ia. La kin ia anak Pengulu mbarenda si talu erjudi ndube arih, balikel ayona ras kemberehen Pengulu ndube, bagem nina cakap nande si ngidah ayo pengantin si diberu. Megi-megi ranan si e kerina sedakkel pusuh anak melumang, la igejapna naktak iluhna ku ayona si mejile. Ngerana me ia salu iluhna mamburen ku ayona.

"Payo tuhu katandu kerina, aku kap anak Pengulu si talu erjudi, lawes kami mbarena i kuta Juma Raja perban melala utang bapa, ertahun-tahun kami tading i kerangen simbelang. Itadingken bapa aku ndube ras nande i tengah kerangen, bage pe nande la ndekahsa lawes nadingken aku sisada, nande enggo lawes nadingken doni, nadingken aku sisada rasa lalap. Enda ku baba tulan-tulan nande ndube, ibuatna bungkusen e janah itamakenna ku lebe-lebe si enterem. Tangis kerina jelma si megi-megi ranan anak melumang, wari kin pe ndai melas rempet reh udan, tempa-tempa megogo atena megi ranan anak melumang e. Bagem kedungenna anak melumang, nggeluh erbahagia ras perbulangenna. Kerina bentuk perjudin enggo ihapusken bas kuta e sebab judi nge erbahansa kegeluhen la senang. Perban judi nge anak rate mesui.Oleh: Pasu Repelita Bangun [Buletin TENAH] (Sumber : deparita.multiply.com)


Berita Tekait:

2.     Putri Hijau 
6.     Gertak Lau Biang 

ASAL MULA DANAU LAU KAWAR

ASAL MULA DANAU LAU KAWAR,TANAH KARO,SUKU KARO,LIMA MARGA
Legenda Lau Kawar merupakan sebuah legenda yang berkembang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki wilayah seluas 2.127,25 km2 ini terletak di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan, Sumatera Utara.

Youtube: https://youtube.com/@Lagu_Karo_366

Oleh karena daerahnya terletak di dataran tinggi, sehingga kabupetan ini dijuluki Taneh Karo Simalem. Kabupaten ini memiliki iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17oC dan tanah yang subur. Maka tidak heran, jika daerah ini sangat kaya dengan keindahan alamnya. Salah satunya adalah keindahan Danau Lau Kawar, yang terletak di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Air yang bening dan tenang, serta bunga-bunga anggrek yang indah, yang mengelilingi danau ini menjadi pesona alam yang mengagumkan.

Menurut masyarakat setempat, sebelum terbentuk menjadi sebuah danau yang indah, Danau Lau Kawar adalah sebuah desa yang bernama ‘Kawar’. Dahulu, daerah tersebut merupakan kawasan pertanian yang sangat subur. Mata pencaharian utama penduduknya adalah bercocok tanam. Hasil pertanian mereka selalu melimpah ruah, meskipun tidak pernah memakai pupuk dan obat-obatan seperti sekarang ini. Suatu waktu, terjadi malapetaka besar, sehingga desa Kawar yang pada awalnya merupakan sebuah desa yang subur menjelma menjadi sebuah danau. Apa sebenarnya yang terjadi dengan desa Kawar itu? Ingin tahu jawabannya? Ikuti kisahnya dalam cerita rakyat berikut ini!

Pada zaman dahulu kala tersebutlah dalam sebuah kisah, ada sebuah desa yang sangat subur di daerah Kabupaten Karo. Desa Kawar namanya. Penduduk desa ini umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Hasil panen mereka selalu melimpah ruah. Suatu waktu, hasil panen mereka meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Lumbung-lumbung mereka penuh dengan padi. Bahkan banyak dari mereka yang lumbungnya tidak muat dengan hasil panen. Untuk mensyukuri nikmat Tuhan tersebut, mereka pun bergotong-royong untuk mengadakan selamatan dengan menyelenggarakan upacara adat.

Pada hari pelaksanaan upacara adat tersebut, Desa Kawar tampak ramai dan semarak. Para penduduk mengenakan pakaian yang berwarna-warni serta perhiasan yang indah. Kaum perempuan pada sibuk memasak berbagai macam masakan untuk dimakan bersama dalam upacara tersebut. Pelaksanaan upacara juga dimeriahkan dengan pagelaran ‘Gendang Guro-Guro Aron’, musik khas masyarakat Karo. Pada pesta yang hanya dilaksanakan setahun sekali itu, seluruh penduduk hadir dalam pesta tersebut, kecuali seorang nenek tua renta yang sedang menderita sakit lumpuh. Tidak ketinggalan pula anak, menantu maupun cucunya turut hadir dalam acara itu.

Tinggallah nenek tua itu seorang sendiri terbaring di atas pembaringannya. “Ya, Tuhan! Aku ingin sekali menghadiri pesta itu. Tapi, apa dayaku ini. Jangankan berjalan, berdiri pun aku sudah tak sanggup,” ratap nenek tua dalam hati.

ASAL MULA DANAU LAU KAWAR,TANAH KARO,SUKU KARO,LIMA MARGA
Dalam keadaan demikian, ia hanya bisa membayangkan betapa meriahnya suasana pesta itu. Jika terdengar
sayup - sayup suara Gendang Guro - guro Aron didendangkan, teringatlah ketika ia masih remaja. Pada pesta Gendang Guro-Guro Aron itu, remaja laki-laki dan perempuan menari berpasang-pasangan. Alangkah bahagianya saat-saat seperti itu. Namun, semua itu hanya tinggal kenangan di masa muda si nenek. Kini, tinggal siksaan dan penderitaan yang dialami di usia senjanya. Ia menderita seorang diri dalam kesepian. Tak seorang pun yang ingin mengajaknya bicara. Hanya deraian air mata yang menemaninya untuk menghilangkan bebannya. Ia seakan-akan merasa seperti sampah yang tak berguna, semua orang tidak ada yang peduli padanya, termasuk anak, menantu serta cucu-cucunya.

Ketika tiba saatnya makan siang, semua penduduk yang hadir dalam pesta tersebut berkumpul untuk menyantap makanan yang telah disiapkan. Di sana tersedia daging panggang lembu, kambing, babi, dan ayam yang masih hangat. Suasana yang sejuk membuat mereka bertambah lahap dalam menikmati berbagai hidangan tersebut. Di tengah-tengah lahapnya mereka makan sekali-kali terdengar tawa, karena di antara mereka ada saja yang membuat lelucon. Rasa gembira yang berlebihan membuat mereka lupa diri, termasuk anak dan menantu si nenek itu. Mereka benar-benar lupa ibu mereka yang sedang terbaring lemas sendirian di rumah.
Sementara itu, si nenek sudah merasa sangat lapar, karena sejak pagi belum ada sedikit pun makanan yang mengisi perutnya. Kini, ia sangat mengharapkan anak atau menantunya ingat dan segera mengantarkan makanan. Namun, setelah ditunggu-tunggu, tak seorang pun yang datang.

Akhirnya,
si nenek tua terpaksa beringsut-ingsut kembali ke pembaringannya. Ia sangat kecewa, tak terasa air matanya keluar dari kedua kelopak matanya. Ibu tua itu menangisi nasibnya yang malang.

“Ya, Tuhan!
Anak-cukuku benar-benar tega membiarkan aku menderita begini. Di sana mereka makan enak-enak sampai kenyang, sedang aku dibiarkan kelaparan. Sungguh kejam mereka!” kata nenek tua itu dalam hati dengan perasaan kecewa. Beberapa saat kemudian, pesta makan-makan dalam upacara itu telah usai. Rupanya sang anak baru teringat pada ibunya di rumah. Ia kemudian segera menghampiri istrinya.

“Isriku! Apakah kamu sudah mengantar makanan untuk ibu?” tanya sang suami kepada istrinya.
“Belum?” jawab istrinya.
“Kalau begitu, tolong bungkuskan makanan, lalu suruh anak kita menghantarkannya pulang!” perintah sang suami.

“Baiklah, suamiku!‘ jawab sang istri. Wanita itu pun segera membungkus makanan lalu menyuruh anaknya, “Anakku! Antarkan makanan ini kepada nenek di rumah!” perintah sang ibu. “Baik, Bu!” jawab anaknya yang langsung berlari sambil membawa makanan itu pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, anak itu segera menyerahkan makanan itu kepada neneknya, lalu berlari kembali ke tempat upacara. Alangkah senangnya hati sang nenek. Pada saat-saat lapar seperti itu, tiba-tiba ada yang membawakan makanan. Dengan perasaan gembira, sang nenek pun segera membuka bungkusan itu. Namun betapa kecewanya ia, ternyata isi bungkusan itu hanyalah sisa-sisa makanan!!.

Beberapa potong tulang sapi dan kambing yang hampir habis dagingnya. “Ya, Tuhan! Apakah mereka sudah menganggapku seperti binatang. Kenapa mereka memberiku sisa-sisa makanan dan tulang-tulang,” gumam si nenek tua dengan perasaan kesal. Sebetulnya bungkusan itu berisi daging panggang yang masih utuh. Namun, di tengah perjalanan si cucu telah memakan sebagian isi bungkusan itu, sehingga yang tersisa hanyalah tulang-tulang.

Si nenek tua yang tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya, mengira anak dan menantunya telah tega melakukan hal itu. Maka, dengan perlakuan itu, ia merasa sangat sedih dan terhina. Air matanya pun tak terbendung lagi. Ia kemudian berdoa kepada Tuhan agar mengutuk anak dan menantunya itu.

“Ya, Tuhan!”
Mereka telah berbuat durhaka kepadaku. Berilah mereka pelajaran!” perempuan tua itu memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Baru saja kalimat itu lepas dari mulut si nenek tua, tiba-tiba terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat. Langit pun menjadi mendung, guntur menggelegar bagai memecah langit, dan tak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya. Leluruh penduduk yang semula bersuka-ria, tiba-tiba menjadi panik. Suara jerit tangis meminta tolong pun terdengar dari mana-mana. Namun, mereka sudah tidak bisa menghindar dari keganasan alam yang sungguh mengerikan itu.

Dalam sekejap, desa Kawar yang subur dan makmur tiba-tiba tenggelam. Tak seorang pun penduduknya yang selamat dalam peristiwa itu. Beberapa hari kemudian, desa itu berubah menjadi sebuah kawah besar yang digenangi air. Oleh masyarakat setempat, kawah itu diberi nama ‘Lau Kawar’.menurut cerita penduduk setempat konon jikalau pas hari baik dan cerah terkadang terlihat di permukaan danau sebuah desa yang sangat subur,mungkinkah itu Desa Kawar yang tenggelam…???
(Sumber dari berbagai sumber)

Youtube: https://youtube.com/@Lagu_Karo_366

Cerita terkait:

·        Beru Ginting Sope Mbelin
·        Misteri Gunung Sibayak 
·        Misteri Gunung Sibayak II 
·        Cincin Pinta Pinta 

27 Maret 2012

JURNALIS / PENULIS BUKU


1. Prof DR  Masri Singarimbun Guru Besar Fisipol UGM/ Sejarahwan
2. Prof. Henry Guntur Tarigan, Guru Besar UPI Bandung/ Budayawan
3. Prof. Payung Bangun Guru Besar UKI Jakarta/ Atropolog
4. Brahma Putro (Kongsi Sembiring Brahmana) Penulis Buku Sejarah Karo
5.  Kolonel A.R Surbakti, Penulis Perjuangan di Karo
6.  Sarjani Tarigan, Penulis Buku Karo
7.  Tridah Bangun, Penulis Biografi/Jurnalis
8.  Roberto Bangun, Penulis Buku Karo
9.  Robert Peranginangin, Penulis Buku Karo
10. Sempa Sitepu, Penulis Buku Karo  Karo
11.  Dkn Em. Padan Sinuraya, Penulis Buku Sejarah GBKP
12.  Ita Sembiring, Novelis
13.  Martin L Peranginangin, Penulis Buku/Jurnalis
14.  Julianus Liembeng SSn, MSi Penulis Buku Budaya/ Jurnalis
15.  Darwan Prisnt, Penulis Buku Budaya Karo
16.  Darwin Prinst, Penulis Kamus Besar Karo
17.  Analgin Ginting, Penulis Buku/Motivator
18. Elisa B. Surbakti, Penulis Buku
19. Dra. Jendamita Sembiring, Penulis Buku Rohani
20. Sedia Willing Barus, Penulis Biografi
21. P Angelo PK Purba, OFM Cap, Penulis Buku Sastra Karo
22. Drs Hendri Sembiring, Penulis Buku Rohani/Birokrat
23. Henry Pandia, Penulis Buku
24. Jonriah Ukur (Jonru) Ginting, Penulis lepas dan pelatih menulis
25. Budi D. Sinulingga, Penulis buku Perencanaan Kota.

Sumber : www.tokohkaro.com

MODERAMEN GBKP


Pdt. M.P. Barus

1. Pdt J van Muylwijk 23 Juli 1941 (Sinode GBKP I)
2. Pdt Thomas Sibero 23 September 1943
3. Pdt Thomas Sibero (1943-1948)
4. Pdt Thomas Sibero (1948-1954)
5. Pdt Julianus Brahmana (1954-1959)
6. Pdt P Sitepu (1959-1962)
7. Pdt P. Sitepu (1962-1966)
8. Pdt. Anggapen Gintings (1966-1971)
9. Pdt. Anggapen Gintings (1971-1975)
10. Pdt. Anggapen Gintings (1975-1979)
11. Pdt. Anggapen Gintings (1979-1984)
12. Pdt. Anggapen Gintings (1984-1989)
13. Pdt. Johan Pengarapen Sibero (1989-1994)
14. Pdt. Dr. Elieser P. Gintings (1994-2000)
15. Pdt. Jadiaman Peranginangin, DTh (2000-2005)
16. Pdt. Jadiaman Peranginangin, DTh (2005-2010)
17. Pdt. Matius P. Barus, MTh (2010-2015)

Ketua Klasis GBKP 2010 - 2015
1. Sibolangit : Pdt. Japri Tarigan STh
2. Kabanjahe : Pdt Christoper Sinulingga, STh
3. Medan Kampung Lalang : Pdt Fajar Alam Kaban, MTh
4. Binjai Langkat : Pdt Janwar Jesuil E Ginting, STh
5. Tigabinanga : Pdt Febranta Makarios Sinupayung, STh
6. Lubuk Pakam : Pdt Sinar Rehagata Barus, STh
7. Dairi : Pdt Sukmadianty Br Tarigan, STh
8. Medan Delitua : Pdt Obet Ginting, STh
9. Sinabun : Pdt. Sentosa Gurusinga, STh
10. Pematang Siantar : Pdt Albert Purba, STh
11. Pembangunan Medan Delitua : Pdt Mehamat Wijaya Tarigan, MTh
12. Kabanjahe Tigapanah : Pdt Dormanis Pandia, STh
13. Berastagi : Pdt Satria Sembiring
14. Medan Kuta Jurung: Pdt Sarianto Purba, M.Min
15. Jakarta Bandung : Pdt Sabar S Brahmana, STh, MA
16. Kuala Langkat : Pdt Sapri M Barus, STh
17. Lau Baleng : Pdt Seriate Br Surbakti, STh
18. Riau Sumbar : Pdt Sahat Tarigan, STh
19. Pancurbatu : Pdt Riswan Sitepu
20. Medan Namo Rambe : Pdt Irama Br Purba, STh
21. Jakarta Banten : Pdt Rehpelita Ginting, STh, M.Min
22. Sumbagsel : Pdt Sony Petrus Sembiring, STh M.Div

Pendeta:
1. Pdt. DR. Risnawati Sinulingga, Doktor wanitia pertama kajian Perjanjian Lama/dosen USU.
2. Pdt Mindawati Peranginangin, PhD, GBKP/ aktivis pluralis
3. Pdt DR. J.S Peranginangin, Advent
4. Pdt. Ir. Pati Stafanus Ginting, M.Min,GKII
5. Advent 'Thomas' Bangun, Tiberias
6. Pdt. Benyamin Ginting, Ketua Sinode GEPKIN
7. Rev. Ir. Remedi Peranginangin Ketua GIKI
8. Pdt. DR Arman Barus, Direktur STT Cipanas
9. Pdt Priest Depari, Haggai Institut.

Sumber: www.tokohkaro.com

SENIMAN


1. Djaga Depari (Komponis)
2. Usaha Tarigan/ Tariganu (Penulis Puisi, sajak, syair)
3. Hendri Bangun (Dramawan)
4. Jusuf Sitepu (Penyanyi Pop)
5. Ulina Br Ginting (Penyanyi Karo)
6. Tukang Ginting (Penarune)
7. Malem Pagi Ginting (Perkolong-kolong)
8. Robby Ginting (Penyanyi Karo)
9. Perwira Ginting (Penyanyi Karo)
10. Ramona Purba (Penyanyi Karo/Nasional)
11. Siti Ofanta Pinem/ Tio Fanta (Penyanyi Nasional)
12. Santa Maranatha Ginting/ Santa Hoky (Penyanyi Nasional)
13. Anna Pinem (Pemain Sinetron)
14. Reynold Surbakti (Pemain Sinetron/ Penyanyi)
15. Sakurta Ginting (Pemain Sinetron)
16. Joey Bangun (Dramawan)
17. Juliana Tarigan (Penyanyi Karo)
18. Luther Tarigan (Penyanyi Karo)
19. Anta Prima Ginting (Penyanyi Karo)
20. Netty Vera Bangun (Penyanyi Karo)
21. Sudarto Sitepu (Penyanyi Karo)
22. Datuk Muda Barus (Penyanyi Karo)
23. John Lewi Keliat (Penyanyi Karo)
24. Rosanni Br Tarigan (Penyanyi Karo)
Antha prima ginting
25. Tesalonika Br Barus (Penyanyi Karo)
26. Harto Tarigan (Penyanyi Karo)
27. Anna M. Tarigan, Artis
28. Jasa Tarigan, Pemetik kulcapi & Perintis Keyboard Karo
29. Sastrawan Tarigan, Penyanyi Karo.
30. Rita Mariani Tarigan, Penyanyi Karo.
31. Alasen Barus, Penyanyi Karo, Komposer.
32. Stasion Tarigan, Penulis Lagu

Sumber : www.tokohkaro,com

YANG PERTAMA DI KARO


AKBP Rina Sari Ginting
  1. Hendrik C. Kruyt misionaris pertama yang datang ke suku Karo, menetap di Buluh Awar mulai 1 Juli 1890.
  2. Sekolah pertama di dataran tinggi Karo, dibuka 19 Oktober 1891 dirintis oleh para missionaris untuk belajar membaca dan menulis di desa Buluh Awar.
  3. Orang Karo pertama sekali dibabtis pada 20 Agustus 1893 oleh Pdt J.K Wijngaarden  terdiri dari 6 orang, yakni: Ngurupi Kembaren (Nd. Pengarapen Bukit), Pengarapen Bukit, Nuan, Tala, Tabar dan Sampai.
  4. Nuan, orang yang pertama sekali disekolahkan ke Medan sebagai mantri cacar tahun 1895, lulus menjadi mantri cacar pada April 1897.
  5. Jalan antara Sembahe ke Sibolangit selesai dikerjakan sepanjang 5 kilometer pada bulan Oktober 1893, dan sudah bisa dilalui oleh kereta lembu.
  6. Negel Br Sinulingga, wanita Karo pertama menikah dengan kulit putih, Carel Westenberg seorang controleur di Deli Mij awal tahun 1890-an.
  7. Gereja Karo yang pertama sekali ditahbiskan di Buluh Awar 24 Desember 1899 dengan jumlah jemaat 56 orang dipimpin Pdt M. Joustra.
  8. Si Kelin dari desa Durin Sirugun orang yang pertama menjadi Guru di sekolah rakyat milik misionaris tahun 1901.
  9. Pernikahan secara Kristen yang pertama dilakukan di desa Tanjung Beringin oleh Pdt.  J.H. Neumann pada April 1902.
  10. Untuk pertama kalinya diterbitkan buku permainan dan bacaan dalam bahasa Karo tahun 1903 untuk dipakai di sekolah-sekolah misionaris.
  11. RS Kusta pertama di Lau Simomo  diresmikan oleh Pdt E.J van den Berg 25 Agustus 1906, dengan jumlah pasien pertama 25 orang.
  12. Tahun 1907 mobil pertama sampai di Kabanjahe milik J. Th Cremer dalam kesempatannya memberi sumbangan kepada RS Kusta.
  13. Tahun 1908 berdiri sekolah Kweek School (sekolah tinggi guru) di Berastagi pimpinan G. Smith, kemudian pindah ke Raya.
  14. Tahun 1912 kamus pertama bahasa Belanda - Karo diterbitkan oleh Bataksche Instituut  yang disusun Pdt Meint Joustra.
  15. Bulan Juni dan Juli 1926 koperasi pertama berdiri di Sibolangit dan Kabanjahe bernama KSSS (Kongsi Si Sampat-Sampaten).
  16. Rumah Sakit Umum pertama RS Zending Kabanjahe dibangun di Gungleto oleh Bataksche Instituut 20 September 1920 diresmikan pada 15 Juli 1923 yang kemudian dihibahkan ke GBKP 22 September 1948.
  17. Majalah pertama dicatat bernama Merga Silima terbit tahun 1926.
  18. Alkitab perjanjian baru dalam bahasa Karo selesai diterjemahkan oleh Pdt J.H. Neumann tahun 1928.
  19. Wanita pertama yang sekolah ke luar daerah, Nimai Br Purba lulus ujian pada Kopschool dan melanjut ke Normaalschool di Padang pada bulan Mei 1929.
  20. Putra Karo pertama yang menjadi masinis tahun 1930  bernama Merhad Purba putra Pa Kertas Purba di Kabanjahe berangkat ke Wellevreden  memasuki sekolah Ambachts.
  21. Organisasi wanita (Kristen) Karo yang pertama bernama CMCM (Christelijke Meisjes Club Madjoe) yang kemudian menjadi Moria berdiri sejak 10 Agustus 1933.
  22. Sarjana Karo yang pertama bernama Jaga Bukit putra Pa Suro dari Tiga Panah menjadi mahasiswa RHS di Jakarta setelah lulus AMS Jakarta tahun 1936. Sementara Manis Maniklulus Kweekschool Surabaya tahun 1936 orang pertama yang sekolah di luar negeri tepatnya di Hoof ACTE, Oegst Geest Holland.
  23. Batiren Purba kepala sekolah pertama orang Karo di Bataksche Timmer Winkel di Kabanjahe 1933.
  24. 24. Letjend Djamin Gintings, Jenderal pertama orang Karo dan Dubes pertama di Canada tahun 1957.   
  25. Merlep Ginting merupakan  Master Nasional yang pertama di Indonesia.
  26.  Nerus Ginting Suka, anggota parlemen  pertama di senayan tahun 1957.
  27. Ngerajai Meliala Bupati orang Karo Pertama
  28. Ulung Sitepu Gubernur Sumut 1963-1965 orang Karo pertama menjadi gubernur.
  29. Andar Purba, Hakim Agung Karo yang pertama. 
  30. Pasti Ginting Sinisuka, lulusan Akmil Karo yang pertama tahun 1970.
  31. Prof. Rehngena Purba, MH, Profesor wanita Karo pertama, mantan Dekan FH USU.
  32. Prof DR. Masri Singarimbun, Profesor Karo pertama di Pulau Jawa.
  33. Drs. Atar Sibero lahir di Kuala 2 Mei 1931, Dirjen pertama di  PUOD Depdagri.
  34. Kiras Bangun (Garamata), pahlawan pertama yang bagi orang Karo, ditetapkan pada 9 November 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
  35. Drs. Inget Sembiring Direktur Utama perusahaan publik pertama di PT Astra Graphia.
  36. Malem Sambat Kaban, menteri pertama orang Karo di Departemen Kehutanan periode 2004-2009, pimpinan partai pertama orang Karo di PBB.
  37. Prof. Dr Risnawati Sinulingga, MTh, Doktor wanita pertama yang mengambil kajian perjanjian lama, dosen Fisip USU.
  38. AKBP Dra Rina Sari Ginting, wanita pertama menjadi Kapolres  di Sumut.
  39. Janatan Ginting (Atan Ginting) orang Karo pertama mencapai puncak Mount Everest
  40. DR. Budi Anna Keliat, S. Kp, M. App Sc, doktor ilmu keperawatan pertama.
  41. Dra. Mustika Tarigan, M.Psi, psikolog populer Karo pertama. 
  42. Setiawan Sebayang, pemrakarsa pembuatan Doa Bapa Kami bahasa Karo di Bait Suci di Jerusalem.

Sumber ; www.tokohkaro.com

OLAHRAGA


Cerdas barus

1. Advent Bangun, Peraih medali emas karate Asean Games
2. Erick Christopher Sebayang, Pemain Basket  klub Pelita Jaya
3. Iwan Karo-Karo, Pemain PSMS peraih medali emas PON 1989.
4. Gunung Ginting, Asyabab Salim Grup Surabaya.
5. Rehmalem Peranginangin, Mastrans Bandung Raya juara Liga Indonesia 1995.
6. Petrus Barus, pemain Harimau Tapanuli,
7. Monang Sinulingga MN, Catur
8. Merlep Ginting MN, Pecatur masa kolonial Belanda
9. Nasib Ginting, MI Catur
10. Sarwan Ginting, MF Catur
11. GM Cerdas Barus, Catur
12. Maksum Firdaus Sembiring, MN Catur
13. Sri Rahayu Sinuhaji, MFW Catur
14. Mark N. Ginting, Petenis Junior
15. Robby Meliala, pemain Volley peraih emas SEA Games.
16. Alan Sastra Ginting, atlet tolak peluru peraih emas ASEAN Para Games VI di Solo.
17. Alex Pri Bangun, Off Roader.
18. Abdul Kamil Sembiring Pemain Timnas U-21 PSMS Medan.
19. Pergunaan Tarigan, atlet angkat besi peraih emas PON.

Sumber: www.tokohkaro.com

TOKOH WANITA KARO



Eka Sari Lorena Surbakti

1. Eka Sari Lorena Surbakti, CEO Lorena Group
2. Budiarti Soerbakti, Mantan Kepala BPS Pusat.
3. AKBP Rina Sari Ginting, Kapolresta Binjai
4. Siti Aminah Peranginangin, Mantan Ketua DPRD Karo 2009-2011.
5. Riemenda J. Gintings, Ketua Himpunan Masyarakat Karo Indonesia
6. Terang Singarimbun, penggagas Gedung Wanita Karo
7. Likas br Tarigan,  penggagas Gedung Wanita Karo, istri pejuang Jamin Ginting.
8. Dra. Salbiah Br. Ginting, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, camat wanita pertama di Karo.
9. Corry Sebayang, Direktur RS Vina Estetika Medan
10. Dr. Eminiate Singarimbun, M.Kes, Direktur Akademi Kebidanan Kabanjahe.
11. Nurlisa br Ginting, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sumut.
12. Pdt. Mindawati Peranginangin, PhD, pendeta dan tokoh pluralis.
13. Pdt Prof. DR Risnawaty Sinulingga, MTh dosen Fisip USU.
14. DR Budi Anna Keliat, S. Kp, M. App Sc., Dosen UI.
15. Farida Peranginangin, PhD, Pejabat di Bank Indonesia.
16. Dra. Mestika Br Tarigan, MPsi, Psikolok populer.
17. Prof. DR Masliana Br Sitepu, Dosen UI.
18. Prof. Rehngena Br Purba, MH, mantan Dekan FH USU, Hakim Agung

Sumber : www.tokohkaro.com

DOKTER PROFESIONAL


Dr Santoso Karo Karo, Sp.KJ

1. Dr. Santoso Karo-Karo, Sp.KJ, dokter Spesialis Jantung RS Harapan  Kita Jakarta.
2. Dr. Drh Mangku Sitepu, dokter hewan dan jurnalis.
3. Dr. Bulan Ginting Sp.A (K), dokter spesialis Kanker Anak di RS Medistra Jakarta.
4. Dr. Jamal Eka Kaban, mantan direktur RSJ Medan.
5. Dr. Zaman Kaban, Sp.OG, dokter spesialis - Medan
6. Dr. Tribowo Tuahta Ginting, Sp.KJ dokter di RSU Persahabatan Jakarta, ahli menghentikan perokok berat.
7. Dr. Alex K. Gintings, Sp.P, dokter spesialis di RS Gatot Soebroto Jakarta.
8. Dr. Persadaan Bukit, SpA, dokter spesialis anak RS UKI - Jakarta.
9. Dr. Ruth Emalian Sembiring, Sp.PA, dokter spesialis RSCM - Jakarta.
10. Dr. H.A.M. Ginting, Sp.M, dokter spesialis Jakarta Eye Center.
11. DR KRT Lucas S. Meliala, Sp.KJ., Sp.S dokter spesialis RSUP Sardjito Yogyakarta.

sumber : ww.tokohkaro.com


ANGGOTA DPRD DI INDONESIA 2009-2014


DPR RI
1. Dr. Ir.  Arif Budimanta Sebayang, MSc, Wakil Ketua Fraksi PDIP.
DPRD Tk I Sumatera Utara
SUKU KARO,TOKOH KARO,LIMA MARGA
Saleh Bangun
1. Saleh Bangun (PD/Ketua)
2. Layari Sinukaban (PD/Komisi B - Ekonomi)
3. Taufan Agung Ginting (PDIP/ Sktrs Komisi E- Pembangunan)
4. Dermawan Sembiring (PDS/Komisi C - Keuangan)
5. Timbas Tarigan (Ketua Fraksi PKS)
6. Ferry Suando Tanuray Kaban (PBB/Anggota Komisi E)

Kabupaten Karo
1. Ferianta Purba SE (Gokar)
2.Makmur Jambak S.PdI (PAN)
3.Perhiasen Triwati br Ginting (PKPI)
4. Saut Gurning (Partai Patriot)
5. Effendi Sinukaban SE (PDIP)
6. Sentosa Sinulingga (Partai Gerindra
7. Drg Bantuan Purba Msi (Demokrat)
8. Martin Luter Sinulingga (PDIP)
9.  Chairani br Karo (Partai Golkar),
10. Harison Sitepu SP (PAN)
11. Suranta Sitepu (PPPI)
12. Ir Thomas Sitepu (PIS)
13. Alar Karo-Karo (Partai PIB)
14. Siti Aminah br Peranginangin SE (PDIP)
15. Sudarto Sitepu (PDIP)
16. Sarijon Bako (PDS)
17. Sumihar Sagala SE (RepublikaN)
18. Natanail Ginting SE (Partai Barnas)
19. Aceh Silalahi (PIS)
20. Rendra Gaule Ginting SH (PDK)
21. Eka Jaya Sitepu SE (PKPB).
22. Gilbert Ginting (PDIP)
23. Suranta Ginting SE (PDIP)
24. Pengamat Sembiring SE (Hanura)
25. Onasis Sitepu SE
26. Frans Dante Ginting (Golkar)
27. Ir Monni Pandia (Partai Demokrat).
28. Masdin DT Ginting (PDIP)
29. Dra Remita Sembiring (PDK)
30. Join Fransisco Ginting (Partai Pelopor)
31. Sudirman Ginting (PAN)
32. Ir Edi Ulina Ginting (P3I)
33. Darta Bangun (PKPB)
34. Inganta Kembaren SH (Partai Golkar)
*) Ada beberapa nama belum diverifikasi

Kota Madya Medan
1. Burhanuddin Sitepu SH (Demokrat)
2. Drs Paulus Sinulingga (PDS)
3. Bangkit Sitepu (Patriot)
4. Daniel Pinem (PDIP)
5. Kuat Surbakti (PAN)
6. Sabar Syamsurya Sitepu

Deliserdang
1. Jhon Srikhana Sebayang (Gerindra)
2. Ruben Tarigan (PDIP)
3. Michael Purba (Golkar)
4. Mbaru Ginting (PDIP)
5. Setiawan Sembiring (PD)
6. Master Sembiring (PD)
7. Timur Sitepu (PDIP)
8. Sabar Ginting (PAN)
9. Riki Nelson Barus (PDS)
10. Berngap Sembiring (Hanura)

Langkat
1. Sapta Bangun, SE (Demokrat)
2. Suhardi Surbakti, SE (PDIP)
3. M. Reza Pahlevi Tarigan, SPd (PKS)
4. Rudi Hartono Bangun (Demokrat)
5. Drs. Sarikat Bangun (PDIP)
6. Jiman Tarigan (Demokrat)
7. Ralin Sinulingga, SE (Golkar)
8. Malem Ukur, SP (PDIP)
9. Tenang Ginting (PDP)
10. Sri Warna Kaban (PBB)
11. Edi Bahagia (Demokrat)

Binjai 
1. Herman Sembiring (PDIP)
2. Mulia Ginting (Demokrat)
3. Rimbun Sitepu (Demokrat)
4. Nurlela Keloko (Demokrat)
5. Khairul Sembiring (PPPI)
6. Raiderta Sitepu (PDIP)
7. Bob Andika Mamana Sitepu (PDIP)
8. Hairul Sembiring

Dairi
1. Suranta Sondher Sembiring (Golkar)
2. Ir Cipta Karo-Karo (PDS)
3. Nata Demo Bangun (PDIP)

Sergai
1. Delpin Barus ST (PDIP)
2. Junaedi Purba (PD)

Tanjung Balai
1. Dahnil Karo-Karo (Hanura)

Labuhan Batu
1. Ingan Malem Tarigan, anggota DPRD Labuhan Batu (Partai Buruh).

Labuhan Batu Utara
1. Abdi S.Ginting, SH anggota DPRD Labuhan Batu Utara (Demokrat)

Asahan
1. Zaharudin Ginting, Anggota DPRD Kab. Asahan

Aceh Tenggara
1. Roy Darwan Tarigan, anggota DPRD Aceh Tenggara (PNI Marhaen)

Subulussalam, Aceh
1. Ir Netap Ginting, Ketua Komisi B DPRD Kota Subulussalam

Jambi 
1. Junedi Singarimbun, Anggota Komisi B DPRD Kota Jambi.


Siak
1. M. Ariadi Tarigan, anggota Komisi II DPRD Siak,Riau
2. M. Nuh Karo-karo, anggota DPRD Kab. Siak.

 DKI Jakarta
SUKU KARO,TOKOH KARO,LIMA MARGA
Syahrianta Tarigan
1. Sahrianta Tarigan, Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta/ Ketua PDS DPW DKI Jakarta
2. Dwi Rianta Surbakti, MBA anggota komisi B DPRD DKI Jakarta (PDS).

Bekasi
1. Arwis Sembiring Meliala, Anggota DPRD Kota Bekasi (Demokrat).

Sukabumi
1. Elin Paulina Tarigan, anggota DPRD Kota Sukabumi (Demokrat)

Bantul
1. Betmen Sebayang, Ketua Fraksi Demokrat DPRD Kab. Bantul, Jatim.

Madiun
1. Jamin Ginting SH MHum, Ketua Komisi I DPRD Kota Madiun

Kota Bengkulu
  1.  Rendra Ginting, anggota DPRD Kota Bengkulu / Ketua PDS Kota Bengkulu
  2. Wehelmi Ade Tarigan S.H., Anggota DPRD Kota Bengkulu.
Palangka Raya
 1. Hatir Sata Tarigan, Ketua Komisi II DPRD Kota Palangka Raya (Partai Buruh)
Selayar
 1. Tanri Bangun, anggota DPRD Kab. Selayar, Sulsel (PBR).

sumber : www.tokohkaro.com

BIROKRAT


suku karo,tokoh karo,lima marga
Malem Sambat Kaban
1. Malem Sambat Kaban, Menteri Kehutanan, Ketua Partai PBB
2. Tifatul Sembiring, Menteri Infokom, Ketua Partai PKS
3. Prof. Firman Tambun, Asisten IV Menko Ekuin
4. Atar Sibero, Dirjen PUOD/ PJS Gubernur Riau
5. Mayjend Roni Sikap Sinuraya, Dirjen Imigrasi
6. Simon F. Sembiring, Dirjen Pertambangan, Mineral dan Gas Bumi
7. Kapiten Ketaren, Hakim Agung
8. Prof. Rehngena Purba, Hakim Agung
9. Drs Purnama Munthe, SH Kajitsu/ Jaksa Agung Muda
9. MS. Sembiring, Direktur Perdagangan Bursa Efek Jakarta (BEJ)
10. Juda Sitepu, Direktur Teknik Kereta Api Indonesia (KAI)
11. Soedarti Surbakti, Direktur Badan Pusat Statistik (BPS)
12. Drs Netap Peranginangin, salah seorang Dirjen di BKPM
13. Ir Peter Sinulingga, Dirjen di kantor Menko Polkam
14. Ir Cerdas Kaban,  Deputi Bidang Pelayanan Publik Menpan
15. Alexander Barus, Direktur Kimia Hulu Kementrian Perindustrian
16. Nabari Ginting, Kepala Dinas Sosial Sumut/ Pjs Walikota Siantar
17. Dr. Ir Budi D. Sinulingga, Ketua Bappedasu
18. Nurlisa Ginting, Kadis Pariwisata Sumut
19. Haris Binar Ginting, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Deliserdang
20. Ir Untungta Kaban, Kadis Pertambangan dan Energi Sumut
21. Drs Radiman Tarigan, MAP, Kepala Sekretariat DPRD SU
22. Hasil Sembiring, PhD, Kepala Puslitbang Tanaman Pangan Deptan
23. Salman Ginting, Kepala Badan Penanaman Modal dan Promosi  Prov. Sumatera Utara
24. Elyta Ras Ginting, SH, LLM, Ketua Pengadilan Negeri Tebingtinggi
25. Timbas Tarigan, Wakil Walikota Binjai
26. Immanuel Tarigan, SH, Humas Pengadilan Negeri (PN) Lubuk Pakam
27. Harmein Ginting, Dirut Perusahaan Daerah Pembangunan Sumut.
28. Andreas Tarigan, Kabag Administrasi Perekonomian Pemkot Medan.
29. Ir Kira Tarigan, Kadis PU Kota Medan.
30. Sacramento Tarigan, Kabid Sertifikasi dan Layanan Informasi BBPOM Medan.
31. Asli Peranginangin, Kepala Terminal Amplas.
32. Edison Peranginangin, SH, MKes, Kasubag Hukum dan Humas RSUD dr Pirngadi Medan.
33. Azaddin Sitepu, Deputi Pengembangan Kawasan Kementerian Perumahan Rakyat.
34. Ir Zulkifli Sitepu, Kadis Kominfo Kota Medan.
35. Rama Sebayang, Kedis Kesehatan Kabupaten Kayong Utara, Kalbar/ Ketua PMI Kayong.
36. Dr Yakup Ginting SH CN MKn, Hakim Tinggi di  Pengadilan Tinggi Banjarmasin.
37. Drs. Joto Sembiring, Kepala BPKP Sumut (1991-1994)
38. Drs. Ramram Brahmana, Kakanwil Pajak Sumut  I (Tahun ....)
suku karo,kalak karo,tokoh karo,lima marga
Tifatul Sembiring
39. Harta Indra Tarigan, MBA, Kakanwil Pajak Sumut II.
40. Drs Taremalem Sembiring, Direkur STAN (Tahun ....)
41. DR. Dr. Daniel Ginting M. Kes Direktur RS Adam Maik Medan (Tahun ...)
42. Arwan Surbakti, Direktur Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat Dept. Dalam Negeri.
43. Budiman Ginting, Kadis Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) Babel.
44. Jhony Ginting, Kepala Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau.
45. Simon Tarigan, SE Sekretaris Bappeda Kab. Deliserdang
46. Bahtera Peranginangin, SH, MH, hakim tinggi Buntok, Kaltim.
47. Sabrina Tarigan, Kasubbag Program Kab Deliserdang.
48. Sinarta Sembiring SH, Kepala Kejaksaan Negeri Tahuna, Sulut.
49. Dr. Drs. Masana Sembiring, MSi, Direktur IPDN Kampus Rokan Hilir, Riau.
50. Suasta Ginting, S.Sos, MAP,  Assisten Administrasi Pembangunan Kab. Dairi.
51. Drs. Selamata Sembiring, MSi,  Kepuslitbang Aplikasi Informatika Depkominfo.
52. DR. dr. Tiurmina Tarigan, MARS Kasie Bimbingan & Evaluasi DEPKES.
53. Ir Rafael Ginting, Asst. Adm Pembangunan Kab. Dairi.
54. Drs Aman A. Sinulingga, Hakim Pengadilan Pajak - Jakarta.
55. DR. Ir Petrus Sitepu, Peneliti di Balitbang Pertanian.
56. DR. Ir Pirman Bangun, MS. Peneliti BPP Padi/ Dosen IPB.
57. DR. Ir Doah Dekok Tarigans, Peneliti Puslitbangbun.
58. DR. Ir Pius Petumpuan Ketaren, M.Sc, peneliti Balitnak.
59. DR. Drs Simson Tarigan, MSc Peneliti BBalitvet.
60. DR. Ir Simon Petrus Ginting, M.Sc, Peneliti Lolitkambing.
61. Ir. Setel Karo-Karo, M.Sc, PhD, Peneliti Lolitkambing.
62. Ir Tuah Sembiring, BPPT Sumut.
63. Ir Rahman Pinem, MM Direktur Budidaya Tanaman Buah Deptan.
64. Drs. Persadan Girsang, Direktur Pembangunan Masyarakat Desa di Kemendagri.
65. Kadir Ruslan Sitepu, Kepala BKKBN Bangka Belitung.

sumber : www.tokohkaro.com

BUPATI KARO


bupati karo,suku karo,lima marga
Kena Ukur Surbakti
1. Ngerajai Meliala (1943-1946)
2. Mayor Kasim Nasution (1946 beberapa bulan)
3. Rakutta Sembiring Brahmana (1946-1947)
4. Raja Kelelelong Sinulingga (1947-19490
5. Rejin Peranginangin (1950 beberapa bulan)
6. Rakutta Sembiring Brahmana (1950-1953)
7. T Baja Purba (1953-1957)
8. Abdullah Eteng (1957-1960)
9. Mayor Matang Sitepu ( 1960-1966)
10. Baharuddin Siregar (1966-1969)
11. Kolonel Tampak Sebayang (1969-1980)
12. Drs. Rukun Sembiring (1980-1985)
13. Ir Menet Ginting, MADE (1985-1990)
14. Drs. Rupai Peranginangin (1990-1994)
15. Kolonel Daulat Daniel Sinulingga (1994-2000)
16. Drs Is. D Sihotang (Pjs 2000-2001)
17. Drs. Sinar Peranginangin (2001-2005)
18. Kolonel Daulat Daniel Sinulingga (2005-2010)
19. DR (HC) Kena Ukur Surbakti (2010-2015
sumber : www.tokohkaro.com