14 April 2012

Sejarah Tembut-Tembut Seberaya


SEJARAH TEMBUT - TEMBUT SEBERAYA DI TANAH KARO
   Tembut-Tembut yang terdapat di Desa Seberaya dibuat Oleh Pirei Sembiring Depari, diperkirakan sekitar tahun 1910-an. Pirei Sembiring Depari semasa hidupnya adalah seorang tukang ukir dan tukang pahat yang tersohor. Kepandaiannya yang utama adalah menempa atau membentuk pisau, parang dan belati. Masyarakat Karo pada masa itu mangakui pisau dan belati hasil buatan Pirei Sembiring Depari memiliki kualitas yang sangat baik. Pirei Sembiring Depari hidup dari pekerjaannya sebagai penempa pisau dan belati serta juga pengukir batu. Popularitas Pirei Sembiring Depari sampai juga pada pemerintahan Belanda yang pada masa itu mengusai Tanah Karo sebagai penjajah. 

Hal ini membuat pihak Belanda memesan belati buatan Pirei Sembiring Depari, dan pesanan-pesanan tersebut membuat kehidupan Pirei Sembiring Depari makin membaik dari segi ekonomi. Pirei Sembiring Depari memiliki satu sifat yang kurang baik yaitu gemar bermain judi. Dalam kegiatannya bermain judi, Pirei sering mengalami kekalahan. Pada suatu hari, sehabis dia kalah bermain judi dia pulang melewati areal perladangan, dimana di areal perladangan tersebut banyak dipajang Gundala-Gundala yang digunakan petani untuk menakut-nakuti hewan pengganggu tumbuhan mereka seperti burung dan moyet. Melihat gundala-gundala tersebut, muncul keinginan Pirei Sembiring Depari untuk memahat gundala-gundala yang sama.
   Meskipun telah memiliki niat untuk membuat gundala-gundala yang dilihatnya dalam perjalanan menuju pulang, namun Pirei Sembirng Depari belum dapat menemukan apa bahan atau kayu apa yang akan dipahat untuk membuat gundala-gundala tersebut. Hal ini membuat Pirei dalam melakukan perjalanan kemanapun dia pergi melakukan pengamatan terhadap pohon-pohon yang dijumpainya, memilih kayu apa yang cocok untuk rencananya membuat gundala-gundala. Dalam sebuah perjalannya menuju suatu tempat, Pirei Sembiring Depari melihat pohon gecih. Pohon kayu tersebut berbentuk lurus, bersih dan tak bercacat serta mudah dipahat. Hal ini membuat Pirei menjatuhkan pilihat pada kayu gecih untuk dijadikan kayu pembuat gundala-gundala. Pada suatu hari Pirei Sembiring 
Depari berniat menebang pohon tersebut, namun ketika hendak menebang pohon ini tiba-tiba petir datang menyambar dan hujan pun turun dengan lebatnya, hal ini membuat usaha Pirei untuk mebang pohon tersebut gagal. Berkali-kali Pirei Sembiring Depari mencoba menebang kembali pohon tersebut, namun selalu gagal dengan adanya sambaran petir dan turunnya hujan. Keadaan seperti ini tidak membuat Pirei menyerah untuk mendapatkan pohon tersebut, akhirnya Pirei meminta petunjuk dari para orang tua bagaimana cara agar penebangannya berhasil.
   Dari arahan para orang tua yang ditanya oleh Pirei Sembiring Depari, maka Pirei haruslah memberikan sesajen pada kekuatan gaib yang menunggui hutan. Sesajen tersebut dalam bentuk makanan seperti seekor ayam yang sudah dimasak, pisang, nasi dan buah-buahan ditambah beberapa lembar daun sirih yang dilengkapi dengan kapur sirih dan gambir. Sesajen tersebut sebagai tanda minta permisi untuk menebang salah satu pohon yang ada di dalam hutan tersebut. Setelah melakukan ritual pemberian sesajen pada kekuatan gaib pemilik hutan, akhirnya Pirei dapat melakukan penebangan terhadap kayu gecih ini. Pada saat penebangan kayu ini, petir memang tidak datang lagi menyambar, namun hujan masih tetap turun, namun ini tidak begitu mengganggu penebangan yang dilakukan Pirei. Dari kayu gecih tersebut Pirei Sembiring Depari membentuk dan mengukir seperangkat gundala-gundala

TEMBUT - TEMBUT SEBERAYA DI TANAH KARO
Tembut- tembut Seberaya (gundla-gundala)
   Gundala-gundala tersebut terdiri dari empat topeng dan satu kepala burung. Mengacu pada gundala-gundala, maka Pirei Sembiring Depari dalam membuat patung atau topeng tersebut berusaha semirip mungkin dengan imajinasinya. Namun, topeng yang dihasilkan oleh Pirei Sembiring Depari, menurut orang-orang pada saat itu lebih seram dan menakutkan dari gundala-gundala biasanya. Hal ini membuat gundala-gundala buatan Pirei Sembiring Depari disebut Tembut-Tembut. Pada awalnya, Pirei Sembiring Depari meminta beberapa anak muda yang termasuk dalam kekerabatan anak beru-nya untuk memainkannya di halaman rumahnya. Sebagaimana tradisi yang terdapat pada masyarakat Karo, seseorang yang lazim untuk disuruh dalam melakukan suatu pekerjaan adalah kerabat yang masuk dalam kelompok anak beru (kelompok pengambil anak dara), sedangkan dari pihak kalimbubu (pemberi anak dara) pantang untuk disuruh-suruh. Permainan tembut-tembut dari Pirei Sembiring menarik perhatian banyak warga desa, sehingga setiap keluarga Pirei memainkan tembut-tembut ini selalu saja banyak warga yang menonton. Selain karena pada masa itu hiburan masih sangat minim, hal ini juga dikarenakan permainan ini dianggap unik dan menghibur.

   Namun setiap tembut-tembut tersebut dimainkan maka selalu saja turun hujan, sehingga masyarakat dan Pirei sendiri pun marasakan keganjilan. Sampai pada suatu saat Pirei Sembiring Depari mendapatkan suatu “bisikan” gaib dalam tidurnya. Bisikan tersebut mengatakan kalau dia harus menjaga dan merawat tembut-tembut tersebut sampai pada anak cucunya nanti. Pirei juga diwajibkan untuk memandikan dan memberi sesajen pada waktu-waktu tertentu pada tembut-tembut tersebut, tembut-tembut ini juga hanya dapat dimainkan oleh anak beru dari pihak Pirei Sembiring Depari. Berdasarkan hal tersebut diataslah sehingga sampai saat ini tembut-tembut yang dibuat oleh Pirei Sembiring Depari tetap dijaga dan dipelihara oleh keturunnya. Dari Pirei Sembiring Depari sampai sekarang, sudah empat generasi yang menjadi ahli warisnya. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat dari urutannya sebagai berikut :
  1. Pirei Sembiring Depari = Pembuat tembut-tembut pertama
  2. Ngasal Sembiring Depari
  3. Firman Sembiring Depari
  4. Dwikora Sembiring Depari = Ahli waris tembut-tembut sekarang
Sumber : repository.usu.ac.id & tembuttembutseberaya.com


Terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar